Tidak ada balasan bagi kebaikan kecuali kebaikan pula

Sabtu, 20 Oktober 2018

Cinta Kalimat Tauhid, Nggak Bisa Ditawar

Oktober 20, 2018 Posted by Unknown No comments
abuubaidillah.com
Cinta Kalimat tauhid Laa Illaha illa Allah Muhammaddurasulullah jadi trending tropik di telinga siapapun, seenggaknya beberapa pekan belakangan ini. Pasalnya, karena ulah salah satu organisasi yang membakar bendera yang di situ tertulis kalimat tauhid. Tentu saja sontak bikin darah hampir seluruh kaum muslimin di dunia bergejolak.


Karuan aja marah, lha wong kalimat tauhid itu kan bukan cuman kalimat biasa, tapi kalimat itu sebagai pertanda persaksian kita sebagai seorang muslim. Kita muslim atau kagak ditentukan oleh ikrar syahadat yang di dalamnya kalimat tauhid tercantum. Kalimat Laa illaaha illa Allah ada di dalam dada setiap muslim, kayak bagian tubuh dari kaum muslimin yang nggak bisa dipisahin. Jadi, ketika ada yang melecehkan kalimat tauhid, maka terkoyaklah dada kaum muslimin.

Sebaliknya, kalo ada yang melecehkan bahkan membakarnya, berarti dia udah misahin diri dari kaum muslimin. Apapun alasannya, misal karena benci dan dendam kepada organisasi yang lain, maka membakar kalimat tauhid dalam bentuk apapun, tentu nggak dibenarkan. Karena emang kalimat tauhid itu bukan hak milik ormas tertentu. Mengalamatkan kesalahan ormas tertentu gegara sering membawa kalimat tauhid dalam kegiatannya, hanyalah alasan yang dicari-cari. Bilang aja loe benci kalimat tauhid. Widih serem dong, kalo seorang muslim benci kalimat tauhid, jadi selama ini dia …. (silahkan diisi sendiri titiknya ya, hehehe).


Kalimat Pemersatu


Kalo pengin bukti, kalimat apa yang bisa menyatukan jutaaan manusia, dari berbagai ras, suku, bahkan lintas negara dan benua adalah kalimat tauhid. Apa buktinya? Kalimat tauhid itu berbahasa Arab, sementara bahasa Arab adalah bahasa Al-Qur’an, dan sampai detik ini nggak ada yang bisa menyangkal keotentikan Al-Qur’an masih dalam bahasa Arab, meskipun Islam udah menyebar hampir ke seluruh negara. Artinya, kaum muslimin seluruh dunia membaca Al-Qur’an berbahasa yang satu, bahasa Arab, dan kalimat tauhid jelas sekali bahasanya satu, bahasa Arab.

Jadi melecehkan kalimat tauhid berarti mengoyak persatuan kaum muslimin seluruh dunia. Dan itu kebukti koq di beberapa laman ada berita presiden Turki juga ikut prihatin terhadap pembakaran bendera tauhid yang terjadi di Indonesia. Ada juga beberapa video yang mewakili kaum muslimin dari negara lain, mengecam pembakaran bendera tauhid di Indonesia.

Kalimat tauhid bukan cuman sekedar simbol biasa, sama seperti Al-Qur’an atau sosok Rasulullah SAW merupakan bagian yang nggak terpisahkan dari kaum muslimin. Seperti yang terjadi beberapa tahun lalu, Rasulullah SAW pernah dikartunkan oleh surat kabar Charly Hebdo, maka sontak kaum muslimin seluruh dunia marah besar. Itu menunjukkan gamblang bangets, kalo simbol-simbol Islam itu memang bukan sekedar simbol, tapi alat pemersatu kaum muslimin seluruh dunia, apapun warna darahnya (emang warna darah beda-beda ya?)

Bukti lain, kalo tauhid ini kalimat pemersatu, kasus terkini bisa kita lihat di negeri kita ini. Ketika ada kasus pembakaran bendera tauhid di Garut, maka ormas-ormas Islam seakan melupakan sekat keorganisasiannya. Ustadz, ulama, para tokoh juga melupakan perbedaan pendapatnya selama ini, lalu bersatu suara mengecam, minimal menyanyangkan pembakaran bendera tauhid ini.

Jadi, jangan sekali-kali melecehkan simbol-simbol Islam tersebut, kalo nggak mau berhadapan dengan kaum muslimin seluruh dunia. Dan ini sekaligus jadi sebuah tanda gaes, bahwa memang kaum muslimin ini masih hidup, ibarat singa yang sedang tidur, tetiba dibangunin sama kasus-kasus kayak pembakaran bendera tauhid ini. Alhamdulillah, ghirah alias semangat pemersatu itu masih ada, dan emang kudu bin harus tetap menyala-nyala pada setiap muslim.

Pembakar Heroisme


Membakar bendera tauhid sama saja dengan membakar semangat heroisme kaum muslimin. Karena kalimat tauhid yang berbentuk bendera itu pulalah di masa diutusnya Rasulullah SAW pernah membakar semangat heroisme para sahabat. Itulah bendera Rasulullah SAW, yang berwarna dua jenis. Ada kalimat tauhid yang di kain berwarna hitam itu namanya ar-raya, dan yang berkain putih namanya al-liwa.

Kita sebut dengan sebutan kayak gitu bukan tanpa dalil, tapi memang ada dalilnya, hal ini berdasarkan hadits berikut; Imam Ahmad, Abu Dawud dan An-Nasai di Sunan al-Kubra telah mengeluarkan dari Yunus bin Ubaid mawla Muhammad bin al-Qasim, ia berkata: Muhammad bin al-Qasim mengutusku kepada al-Bara’ bin ‘Azib bertanya tentang rayah Rasulullah Saw seperti apa? Al-Bara’ bin ‘Azib berkata:

“Rayah Rasulullah Saw berwarna hitam persegi panjang terbuat dari Namirah.”

Dalam Musnad Imam Ahmad dan Tirmidzi, melalui jalur Ibnu Abbas meriwayatkan:

“Rasulullah Saw telah menyerahkan kepada Ali sebuah panji berwarna putih, yang ukurannya sehasta kali sehasta. Pada liwa (bendera) dan rayah (panji-panji perang) terdapat tulisan ‘Laa illaaha illa Allah, Muhammad Rasulullah’. Pada liwa yang berwarna dasar putih, tulisan itu berwarna hitam. Sedangkan pada rayah yang berwarna dasar hitam, tulisannya berwarna putih.”.

“Panji Rasulullah sallallaahu alaihi wasallam berwarna hitam, berbentuk segi empat dan terbuat dari kain wol.” (HR Tirmizi)

Arrayah yang dipakai Rasulullah sallallaahu alaihi wasallam berwarna hitam, sedangkan liwa’ (benderanya) berwarna putih. (HR Thabrani, Hakim, dan Ibnu Majah).

Imam At-Tirmidzi dan Imam Ibn Majah telah mengeluarkan dari Ibn Abbas, ia berkata: “Rayah Rasulullah Saw berwarna hitam dan Liwa beliau berwarna putih.”

Imam An-Nasai di Sunan al-Kubra, dan at-Tirmidzi telah mengeluarkan dari Jabir:  “Bahwa Nabi Saw masuk ke Mekah dan Liwa’ beliau berwarna putih.”

Ibn Abiy Syaibah di Mushannaf-nya mengeluarkan dari ‘Amrah ia berkata: “Liwa Rasulullah Saw berwarna putih.”

Dan sederet dalil hadits yang lain, yang  menunjukkan bahwa emang bendera tauhid, bendera Rasulullah sudah ada di masa Rasulullah SAW, bukan saat ini doang ada. Jadi, kalo ada yang bilang bahwa bendera tauhid itu bendera milik organisasi tertentu, berarti memang dia kurang ngaji. Makanya jangan banyakan makan micin, makan itu sayuran, biar agak cerdas…. Wkwkwkw..

Nah, dari bendera itulah, kaum muslimin, terutama para sahabat terutama saaat perang, berusaha mempertahankan bendera atau panji ar-raya tersebut agar tidak jatuh ke tanah. Karena kalo dalam perang, sudah menjadi kesepakatan, kalo panji yang dibawa oleh panglima perang itu jatuh ke tanah, itu ngebuktiin kalo pasukan itu kalah. Makanya kisah heroik, panglima perang mu’tah sangat bisa mewakili gambaran bendera tauhid itu.

Rasulullah Saw. menyampaikan berita duka atas gugurnya Zaid, Ja‘far, dan Abdullah bin Rawahah di perang mu’tah karena mempertahankan panji Rasulullah SAW. Ajaibnya, menurut beberapa riwayat bahwa Rasulullah SAW menyampaikan hadits ini ketika beliau di Madinah tidak ikut berperang di Mu’tah, jadi berita ini istilahnya disampaikan secara live oleh Rasulullah. Beliau SAW, bersabda:

“Ar-Râyah dipegang oleh Zaid, lalu ia gugur; kemudian diambil oleh Ja‘far, lalu ia pun gugur; kemudian diambil oleh Ibn Rawahah, dan ia pun gugur.” (HR. Bukhari)

Perang mu’tah salah satu perang paling dahsyat, karena melawan kekuatan adidaya waktu itu, yakni Romawi. Raja Romawi bernama Heraklius di Balqa bersama 100.000 tentara dan bergabung bersama mereka kabilah-kabilah Arab yang beragama Nasrani yang berjumlah 100.000 tentara total tentara musuh berjumlah 200.000 tentara.

Ketika peperangan sudah berkecamuk dahsyat, maka pusat perhatian musuh tertuju kepada pembawa bendera tauhid panji Rasulullah SAW, hingga mati syahidlah panglima pertama, Zaid bin Haritsa radhiallahu ‘anhu. Lalu ar-raya diambil panglima kedua, Ja’far bin Abi Thalib radhiallahu ‘anhu. Beliau berperang habis-habisan sampe tangan kanannya putus, lalu bendera dibawa dengan tangannya kirinya, akhirnya tangan kirinya pun putus, akhirnya Jafar merangkul bendera dengan dadanya hingga terbunuh.

Itulah sekelumit fragmen perang mu’tah, dimana para panglimanya gagah berani mempertahankan panji tauhid. Terutama Ja’far bin Abi Thaib, sebagai balasannya, dalam hadits diriwayatkan bahwa Allah ganti kedua tangannya dengan dua sayap agar di surga ia dapat terbang ke mana saja. Setelah beliau syahid ditemukan pada tubuhnya terdapat 90 luka lebih berupa tebasan pedang, tusukan panah atau tombak yang menunjukkan keberaniannya dalam menyerang musuh. Allahu Akbar!

Generasi Tauhid


Well, gaes gimana membaca fragmen keberanian generasi Islam masa lalu mempertahankan kaimat tauhid? Apa kalian nggak tergerak hatinya untuk ikut mempertahankan dan memperjuangkan panji tauhid? Di mana kecintaan kita terhadap kalimat tauhid, jika kita tidak ikut terbakar ghirahnya ketika kalimat tauhid itu dibakar? Ya, memang yang membakar sesama muslim, tapi artinya kita tetap harus sadarkan dia, bahwa perbuatannya salah, harus bertobat kembali ke jalan yang lurus. Kita jangan hanya diam dan membiarkan hal seperti ini terjadi berulang lagi. Kita kudu respect, Bro.

Boleh main gadget, asal jangan ngelupain untuk membela kalimat tauhid. Jangan jadi generasi latah yang suka ikutan yang trending, tapi nggak ada manfaat dan pengaruhnya buat Islam. Kita kudu jadi generasi tauhid. Generasi yang meyakini Maha Tunggalnya Allah, lalu meresapi dalam hati, dan terwujud dalam perbuatan kita sehari-hari. Inget ya, kalimat syahadat kita juga ada kandungan tauhid. Jadi itu kudu kita bela, kalo ada yang melecehkan. Kita kudu marah, kalo ada yang menghinakan. Kalo nggak marah dan membela ketika Islam dan simbol-simbolnya dihinakan, maka simaklah perkataan Buya Hamka berikut:

“Jika agamamu, nabimu, kitabmu dihina dan engkau diam saja, jelaslah ghiroh telah hilang darimu.

Jika ghiroh tidak lagi dimiliki oleh bangsa Indonesia, niscaya bangsa ini akan mudah dijajah oleh asing dari segala sisi.

Jika ghiroh telah hilang dari hati, gantinya hanya satu, yaitu kain kafan. Sebab kehilangan ghiroh sama dengan mati”

Ayo kawan, terbitkan ghirahmu sekarang juga, dan jangan pernah padamkan. Jadikan dirimu generasi tauhid yang berani memegang bendera tauhid dan tetap mengibarkannya, walaupun musuh masih terus mempersekusi. Takbir! Allahu Akbar![]

Sumber: http://temansurga.com/buletin-teman-surga-035-cinta-kalimat-tauhid-nggak-bisa-ditawar/

0 komentar:

Posting Komentar